Perdagangan Bebas Asia Afrika

Di abad ke-21 dalam rangka mempersiapkan Perdagangan Bebas Asia afrika mungkinkah Indonesia siap dengan Perdagangan Bebas Asia Afrika tersebut. Dalam pidato pembukaan KAA 1955, Bung Karno menyampaikan bahwa, bangsa-bangsa Asia Afrika tidak memiliki kekuatan fisik yang besar. Juga kekuatan ekonominya masih kecil dan terpecah-pecah. Namun Soekarno menegaskan: “Kita tidak dapat menjalankan ‘power politics’. Kita bangsa-bangsa Asia Afrika dapat berbuat banyak. Kita dapat memobilisasi kekuatan spiritual, kekuatan moral serta seluruh kekuatan perdamaian. Kita rakyat dari benua-benua lain, dapat menggerakkan ‘moral violence of nations’, dari perdamaian dan kemerdekaan.”
Tanggal 18 – 24 April 2005 adalah peringatan KAA yang ke-50. Indonesia kembali memainkan peranannya, paling tidak, untuk menjadi organizing committee (OC) KTT KAA. Apa makna KAA setelah setengah abad berlalu? Apakah imperialisme serta kolonialisme telah berlalu dari ke-2 benua tsb? Apakah kemerdekaan secara politik saat itu telah membawa membawa kemakmuran secara ekonomi?
Memang zamannya sudah berubah sehingga ukurannya pun seharusnya berubah; politik tingkat global sangat berbeda spektrumnya saat ini, jumlah negara merdeka sudah sangat banyak dan majemuk, tidak adanya lagi blok Barat dan Timur dan kecenderungan ekonomi melalui pasar bebas sudah semakin merajalela.
Hal-hal tersebut merupakan taken for granted; sudah menjadi fakta empirik yang sulit terbantahkan oleh siapa pun. Indonesia, misalnya, sudah menjadi tujuan pasar bebas bagi negara-negara maju dan sistem perekonomiannya pun sudah terintegrasi dengan ekonomi global alais pasar bebas.
Beberapa kebijakan pemerintah berupa penambahan utang luar negeri, bebas bea masuk, tax holiday, regulasi sektor perbankan, swastanisasi BUMN, intensifikasi/ ekstensifikasi pajak maupun penghapusan subsidi BBM/ kesehatan/ pendidikan menunjukkan betapa Indonesia tidak bisa berbuat apa-apa dari serangan arus keuangan global.